Wednesday, July 19, 2017

Teori Relativitas-nya "Mbah" Albert Einstein vs Surat Cinta Untuk Starla-nya Virgoun


Tetiba ... terdengar suara 'tuink' dari henpon jadulku menyadarkanku dari lamunan jelang tengah malam kalau ada pesan masuk di henpon.

Ku baca barisan kata dilayar ..Surat Cinta Untuk Starla (Cover) by Sukma https://www.youtube.com/watch?v=1xhEwi9LGXA&feature=youtu.be

Ternyata barisan kata yang dikirim oleh teman lama ini adalah sebuah judul lagu yang sering kudengar, di radio atau kadang terdengar dari komputer teman di ruangan sebelah dan diputar berulang tanpa henti.

Kupikir karena makna yang begitu mendalam dari lirik lagu ini begitu dihayati oleh pemilik komputer sehingga lagunya diputar sepanjang istirahat makan siang.

Wah.. bagaimana suara merdu dari sang empunya lagu akan berhenti, karena ternyata sang empunya komputer ternyata tidak ada diruangan dan membiarkan sang penyanyi mengajak diri ini bersenandung beberapa kata yang kadang terlintas terhanyut dalam iringan gitarnya.

Langsung kupilih link yang tertulis dilayar henpon, dan kunikmati suara merdu dengan petikan gitar yang mampu membuat diri ini terhanyut sampai detik terakhir tampilan hasil "covering" ini #sebuah istilah yang semakin sering kubaca dan kulihat di video-video yang ada di website-nya YouTube, tentu saja magnet dijari ini menarikku untuk menekan tombol-tombol di keyboard mengisi kolom isian mesin pencari google.



Kupilih salah satu link alamat website yang tampil dilayar pencarian, http://www.bintang.com/celeb/read/2879191/lirik-lagu-virgoun-surat-cinta-untuk-starla
sehingga tampilan halaman lirik lagu, Virgoun - Surat Cinta Untuk Starla

dan tidak lupa jari ini menekan tombol mouse memutar ulang link Surat Cinta Untuk Starla (Cover) by Sukma https://www.youtube.com/watch?v=1xhEwi9LGXA&feature=youtu.be dan tanpa ragu akhirnya diri ini berduet dengan suara "fals-ku", menyanyikan barisan lirik demi lirik diiringi petikan gitarnya
...
Kutuliskan kenangan tentang
Caraku menemukan dirimu
Tentang apa yang membuatku mudah
Berikan hatiku padamu

Takkan habis sejuta lagu
Untuk menceritakan cantikmu
Kan teramat panjang puisi
Tuk menyuratkan cinta ini

Telah habis sudah cinta ini
Tak lagi tersisa untuk dunia
Karena tlah kuhabiskan
Sisa cintaku hanya untukmu

Aku pernah berpikir tentang
Hidupku tanpa ada dirimu
Dapatkah lebih indah dari
Yang kujalani sampai kini

Aku slalu bermimpi tentang
Indah hari tua bersamamu
Tetap cantik rambut panjangmu
Meskipun nanti tak hitam lagi

Bila habis sudah waktu ini
Tak lagi berpijak pada dunia
Telah aku habiskan
Sisa hidupku hanya untukmu

Dan tlah habis sudah cinta ini
Tak lagi tersisa untuk dunia
Karena tlah kuhabiskan
Sisa cintaku hanya untukmu

Untukmu
Hidup dan matiku

Bila musim berganti
Sampai waktu terhenti
Walau dunia membenci
Ku kan tetap disini

Bila habis sudah waktu ini
Tak lagi berpijak pada dunia
Telah aku habiskan
Sisa hidupku hanya untukmu

Tlah habis sudah cinta ini
Tak lagi tersisa untuk dunia
Karena tlah kuhabiskan
Sisa cintaku hanya untukmu

Karena tlah kuhabiskan
Sisa cintaku hanya untukmu
.....

Ternyata memang benar, makna dari rangkaian kata dalam lirik lagu tersebut begitu mendalam,"Karena tlah kuhabiskan, Sisa cintaku hanya untukmu" dan tidak akan kusalahkan temanku yang sudah membiarkan komputernya menyanyikan lagu itu berulang sepanjang waktu.

Ya, sebagai pengingat akan "cinta"  tulus yang sudah dicurahkan. Kepada mereka yang dikasihi, disayangi dan selalu diingat dalam kenangan maupun berada di dalam hati.

Pastinya akan menjadi sebuah kenangan terindah yang dimiliki, kenangan akan teman yang masih ingat dan diri ini ingat meskipun pastinya dibatasi oleh jarak dan waktu.

Jadi teringat teori Relativitas-nya Mbah Albert Einstein.

Terima kasih, teman.

Bogor, Juli 2017 dinihari menjelang pagi