Friday, April 10, 2015

Rejeki Tak Kemana? ......(1)

Beberapa waktu yang lalu kudengar, teman sekantor mengungkapkan "..rejeki nggak usah dikejar, kalau memang rejekinya pasti ..gak kemana". Seringkali kudengar ungkapan ini, dan kadangpula aku nyeletuk ungkapan tersebut.

Rejeki di sini kucoba artikan secara luas adalah segala sesuatu, harapan, anugerah, pengalaman yang dapat diperoleh atau diterima oleh masing-masing diri ini.
Antara pembenaran diri atas kepasrahan diri ini terhadap suatu hasil yang belum dapat dicapai namun bisa pula merupakan ungkapan rasa yang lebih condong kepada rasa putus asa terhadap hasil yang diperoleh atau bahkan sebagai "ungkapan rasa ikhlas" setelah membandingkan dengan hasil yang bisa diperoleh oleh orang lain, kadangpula ungkapan tersebut dilontarkan saat ..hasil yang sudah lama diinginkan akhirnya tercapai juga meski kadang "tanpa sengaja" mendapatkannya. 

Ya, tanpa sengaja karena kita tak menyadari bahwa ternyata rejeki yang kita dapatkan tersebut merupakan hasil dari jerih payah dan kerja keras kita sendiri dalam waktu yang lama dan harus dibayar untuk mendapatkan "rejeki" tersebut, tentu saja dengan perkenan Yang Maha Kuasa.

Membongkar kenangan, di tahun 2012, saat mendapatkan beasiswa dari kantor untuk melaksanakan tugas belajar yaitu melanjutkan pendidikan pascasarjana di ITB. Pertama, moment ini kuanggap sebagai rejeki. Namun, bila ditimbang dan direnungkan.. ternyata hal ini merupakan hasil dari kerja keras yang sudah kulakukan "aku menganggapnya begitu". Setelah kurang lebih 4 tahun aku kerja, kerja dan kerja. Tak peduli waktu maupun omongan orang-orang, yang penting niatku adalah kerja, profesional. Dan akhirnya, dengan waktu yang diberikanNYA kudapatkan hadiah rejeki tunai ini. Anugerah rejeki ini ternyata tidak berhenti disini, ketika aku mendapatkan kesempatan mengikuti program sandwich ke Austria, tepatnya di Technische Universität Wien yang berada di kota Wina/Vienna dan tinggal di sana selama kurang lebih 6 bulan.
Apakah... kalau Rejeki Tak Kemana?